mahfudzot ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya Bahasa Arabnya beserta tulisan teks dan Penjelasan, merupakan petuah kata bijak tokoh yang sangat terkenal dalam dunia Islam khususnya dan dunia keagamaan pada umumnya. – assalaamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh, beliau yang memberikan petuah bijak berkenaan dengan ilmu adalah buruan dan tulisan merupakan tali pengikatnya yaitu Imam Syafi’i. Sebelum kita mengulas mengenai mahfudzot yang menarik ini, ada baiknya anda mengetahui secara lengkap kata bijaksana untuk mengikat ilmu dengan menulis sebagaimana perkataan imam Syafi’i. Berikut tulisan mahfudzot ilmu bagai buruan sedangkan menulis adalah tali pengikatnya. Tulisan arab al ilmu shoyyidun wal kitaabatu qoyyiduhu beserta artinya قَالَ اْلإِماَمُ الشَّافِعِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ Qoola al imaam al syaafi’i radhiyallahu anhuKata Imam Syafi’i Radiyallah anhu العِلْمُ صَيْدٌ وَ الْكِتَابَةُ قَيْدُهُ Al-ilmu soyyidun wal-kitaabatu qoyyiduhu artinya Ilmu itu seperti hewan buruan sedangkan tulisan adalah tali ikatannya, قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَةِ Qoyyid shuyuudaka bil-hibaali-l waatsiqoti artinya Maka ikatlah hewan gembalamu dengan tali yang kuat. فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً Faminal hamaaqati an tashiida ghazaalatan artinya Merupakan salah satu tindakan bodoh jika engkau memburu hewan, وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَةً Tatrukahaa bainal khalaaiqi thooliqotan artinya lantas meninggalkannya di alam bebas tanpa ikatan. Dalam memberikan nasehat, Imam Syafi’i mengumpamakan ilmu itu bagaikan binatang, dan orang yang mencari ilmu adalah sang pemburu. Untuk memiliki buruan yang telah ia dapatkan sang pemburu maka supaya buruannya tidak hilang karena lari caranya dengan mengikat secara kuat. Begitu juga dengan ilmu, apabila sudah mendapatkan pengetahuan yang kita dapatkan, maka supaya ilmu itu tidak sirna dari ingatan kita caranya dengan mencatatnya dengan baik. Mencatat untuk menghindari bencana ilmu Mahfudzot Ilmu adalah Buruan Apabila kita tidak mencatat ilmu yang telah kita dapatkan maka akan menjadi bencana ilmu. Apakah itu bencana ilmu? Bencana ilmu adalah lupa, sebagaimana dalam mahfudzot yang berbunyi aafatul ilmi an nisyaanu. Adapun tulisan arabnya adalah sebagai berikut; آفَةُ العِلْمِ النِّسْياَنُ Bagaimana bisa menjadi bencana? Karena apabila kita lupa ilmu yang sudah kita dapatkan tentu lenyap pula pengetahuan yang kita ketahui. Supaya bencana ini tidak terjadi, pada waktu kita mendapatkan ilmu ini kita mengikatnya dengan membuat catatan, apabila kita lupa maka kita bisa mitigasi bencana ilmu dengan membuka catatan yang telah kita buat. Demikianlah uraian singkat mengenai mahfudzot ilmu adalah buruan beserta artinya dan tulisan Bahasa Arab serta penjelasan singkat, salam kenal dan wassalaamu’alaikum. Read more articles
Orangorang itu ada gantinya dan meninggalkan mereka ada ketenangan. Hati juga punya kesabaran buat yang dikasihi meski ia keras hati. Orang yang engkau cintai belum tentu ia mencintaimu jua. Dan orang yang kamu perlakukan baik belum tentu ia baik pula. Apabila tulus dalam berkawan tidak menjadi suatu sifat.لِلإِمَامِ الشَافِعِيِّ المُتَوَفَّى سَنَةَ ٢۰٤ هـ فيِ عِزَّةِ النَّفْسِ Imam Syafii Wafat 204 H Tentang Kemuliaan Jiwa وَعَيْنُ الرِضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ كَمَا أَنَّ عَيْنَ السُخْطِ تُبْدِي المَسَاوِيَا وَلَسْتُ بِهَيَّـابٍ لِمَنْ لاَ يَهَابُنِي وَلَسْتُ أَرَى لِلْمَرْءِ مَا لَا يَرَى لِيَـا فَإِنْ تَدْنُ مِنِّيْ تَدْنُ مِنْكَ مَوَدَّتِي وَإِنْ تَنْأَ عَنِّيْ تَلْقَنِيْ عَنْكَ نَائِيَــا كِلَانَا غَنِيٌّ عَنْ أَخِيْهِ حَيَــاتَهُ وَ نَحْنُ إِذَا مِتْنَا أَشَدُّ تَغَانِيَـــا Terjemahan Pandangan penuh cinta itu buta terhadap segala cela. Sebagimana pandangan penuh kebencian juga selalu jeli terhadap segala cela. Aku tidak takut kepada orang yang tidak takut kepadaku. Aku tidak memandang kepada seseorang selama ia tak memandangku. Jika kau mendekatiku, maka kasih sayangku pun mendekatimu. Dan jika kau menjauhiku, maka kau akan mendapatiku jauh darimu. Semua dari kita terlepas dari kehidupan saudaranya. Lebih-lebih lagi jika kita telah meningal dunia nanti. Syarah / Penjelasan dan Kesimpulan 1- Maksud dari bait pertama adalah bahwasannya orang yang hatinya penuh cinta terhadap seseorang, matanya seakan-akan buta sehingga ia tak bisa melihat aib ataupun kekurangan pada orang tersebut, demikian pula sebaliknya, orang yang hatinya penıuh kebencian terhadap seseorang, akan selalu melihat aib atau sisi buruk dari orang tersebut, ia seakan-akan buta hingga tak dapat melihat kebaikan yang ada pada orang yang ia benci tersebut. Maka sebaik-baik seseorang adalah bersikap netral dan selalu Insaf dalam bersikap; tidak berlebihan dalam mencintai, tidak pula berlebihan dalam membenci. Seperti kata pepatah أَحْبِبْ حَبِيْبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ تُبْغِضَهُ يَوْمًا مَا أَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ تُحِبَّهُ يَوْمًا مَا Cintailah orang yang kamu cintai itu sewajarnya saja, karena bisa jadi suatu hari ia akan menjadi orang yang paling kamu benci.. Bencilah orang yang kamu benci itu sewajarnya saja, karena bisa jadi suatu hari ia akan menjadi orang yang paling kami cintai.. 2- Pada bait kedua Imam Syafi’i menyebutkan bahwa beliau tidak memandang’ seseorang yang tidak memandangnya’, maksudnya adalah beliau tidak akan menghormati orang yang tidak bisa menghormati orang lain. Demikian pula beliau tidak akan mengasihi orang yang tidak bisa menunjukkan cinta kasihnya kepada orang lain. Artinya di dalam hidup ini kita harus saling menghormati dan mengasihi. Janganlah kita mengharapkan penghormatan dari orang lain sebelum kita menghormati orang lain. 3- Maksud dari bait terakhir ini adalah bahwasannya pada dasarnya di dunia ini tiap orang itu bertanggungjawab atas urusannya masing-masing, tidak ada orang yang bisa sepenuhnya bergantung kepada orang lain. Walaupun manusia bisa saling tolong menolong, namun ada kalanya mereka harus berdiri di atas kaki sendiri’. Begitulah keadaan manusia di dunia. Adapun di akhirat nanti suasananya akan lebih sulit lagi karena semua orang benar-benar hanya akan berdiri di atas kakinya sendiri, sehingga tidak bisa lagi kita mengharapkan pertolongan dari orang lain. Karena itu kita hendaknya mempersiapkan bekal untuk menuju ke akhirat nanti sebaik mungkin. PETUAHIMAM SYAFI'I. Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Alangkah bodohnyanya jika kamu mendapatkan kijang (binatang buruan) Namun kamu tidak mengikatnya hingga akhirnya binatang buruan itu lepas di tengah-tengah manusia. Diposting oleh Aliev Alexander Zara Ghaza mezuzah also mezuza mə-zo͝oz′ə, -zo͞o-zä′n. pl. mezuzahs also mezuzas -zo͝oz′əz or mezuzot -zo͞o-zôt′1. A small piece of parchment inscribed with the biblical passages Deuteronomy 64-9 and 1113-21 and marked with the word Shaddai, a name of the Almighty, that is rolled up in a container and affixed by many Jewish households to their door frames in conformity with Jewish law and as a sign of their The container that holds this piece of Heritage Dictionary of the English Language, Fifth Edition. Copyright © 2016 by Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. Published by Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. All rights məˈzʊzə; -ˈzuː-; Hebrew məzʊˈzɑ; Yiddish məˈzʊzə n, pl -zuzahs or -zuzoth Hebrew -zuˈzɔt 1. Judaism a piece of parchment inscribed with biblical passages and fixed to the doorpost of the rooms of a Jewish house2. Judaism a metal case for such a parchment, sometimes worn as an ornament[from Hebrew, literally doorpost]Collins English Dictionary – Complete and Unabridged, 12th Edition 2014 © HarperCollins Publishers 1991, 1994, 1998, 2000, 2003, 2006, 2007, 2009, 2011, 2014me•zu•zah art at miasma or me•zu•za məˈzʊz ə, -ˈzu zə n., pl. -zu•zoth, -zu•zot -zuˈzɔt -zu•zahs or -zu• a parchment scroll inscribed with Deut. 64–9 and 1113–21 and with the word Shaddai a name for God, inserted in a case and attached to the doorpost of the home. [1640–50; < Hebrew məzūzāh literally, doorpost] Random House Kernerman Webster's College Dictionary, © 2010 K Dictionaries Ltd. Copyright 2005, 1997, 1991 by Random House, Inc. All rights reserved. ImamSyafi'i menyebutkan bahwa orang yang semasa mudanya tak pernah merasakan pahit getirnya menuntut ilmu, akan merasakan susahnya menjadi orang bodoh seumur hidupnya. 3 komentar untuk "Mahfudzot Kelas 2 KMI Gontor Beserta Arti dan Penjelasannya (Bagian 5)" Iwan setiawan 18/9/19 10:48. Assalamualaikum , Salam kenal saya iwan alumnus 698
apabila ada pertanyaan yang berbunyi, sebutkan apa saja 6 syarat untuk menuntut ilmu menurut Imam Syafii, maka anda dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan membaca postingan dibawah ini. Informasi tentang 6 persyaratan dalam menuntut ilmu menurut Imam Syafi’I yang tertuang dalam mahfudzot kata kata mutiara arab yang terkenal di kalangan santri pondok pesantren dan menjadi materi dalam mapel PAI Kelas VII 1 SLTP/MTs. – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh, dalam mapel PAI kelas VII bab VI Dengan Ilmu Pengetahuan Semua Menjadi Lebih Mudah sub Bab Kandungan ar-Rahman/55 33 serta Hadis Terkait terdapat kata mutiara arab yang disebut dengan mahfudzot. baca Penjelasan Isi Kandungan Surat Ar-Rahman ayat 33 Didalamnya mengandung makna bahwa orang yang hendak menuntut ilmu, menurut Imam Syafi’i perlu persyaratan yang enam ini. Adapun 6 syarat menuntut ilmu menurut Imam Syafi’i adalah kecerdasan,sungguh-sungguh,sabar,biaya,petunjuk guru,dan waktu yang lama. Bagaimana bunyinya kata mutiara mahfudzot dari Imam Syafi’I tentang syarat menuntut ilmu? Mahfudzot syarat Menuntut ilmu Imam Syafi’i Berikut teks arab tulisan latin beserta terjemah artinya dalam bahasa Indonesia لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ، ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَ بُلْغَةٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ Tulisan teks latin Akhii lan tanaalal ilma illaa bisittatin, saunbikka an tafshiilihaa bibayaanin, dzakaaun, wa hirsun wajtihaadun wa bulghotun wa suhbatul ustaadzi wa tuulu zamaanin Artinya “Saudaraku,engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.” Catatan, dalam beberapa sumber ada perbedaan kata bulghotun diganti dengan kata dirhamun. baca Kandungan surat Al Mujadalah ayat 11 Dalam buku PAI untuk kelas VII SMP dikatakan bahwa Ungkapan Imam Syafi’i di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama. Penjelasan tentang syarat menuntut ilmu berdasarkan kalimat mutiara imam Syafii Berikut adalah sedikit ulasan dan penjelasan tentang 6 syarat menuntut ilmu sebagaimana telah dituliskan diatas yang akan diurai satu persatu. ذَكَاءٌ artinya Kecerdasan Syarat pertama yaitu ذَكَاءٌ zakaaun yang artinya kecerdasan. Seorang yang hendak menuntut ilmu disyaratkan memiliki kecerdasan kemampuan untuk menangkap materi pelajaran atau ilmu yang disampaikan, didapatkan dengan pengalaman riset dan lain sebagainya. Tanpa adanya kemampuan menangkap ilmu yang didapat maka akan menjadi kesulitan bagi penuntut ilmu untuk menguasai keilmuan yang di inginkan. حِرْصٌ artinya kemauan yang kuat Dalam mencari ilmu tentu diperlukan semangat dan kemauan untuk menguasai keilmuan yang di inginkan. Apabila tidak ada kemauan yang kuat dari orang yang menuntut ilmu maka kelakuannya untuk mendapatkan ilmu tidak bisa maksimal. Dengan begitu apabila hendak mencari ilmu dan berhasil menguasai materi yang dipelajari maka harus ada kemauan yang sangat kuat dari diri orang tersebut. اجْتِهَادٌ artinya bersungguh-sungguh Selain kemauan yang kuat, komponen yang lain yaitu kesungguhan dalam mencarinya atau bersungguh – sungguh untuk mendapatkan ilmu tersebut. Macam macam cara yang menunjukkan kesungguhan pencarian ilmu seperti rajin belajar, giat mengerjakan tugas, banyak membaca, rutin membuat percobaan dan lain sebagainya. Tentunya semangat dan kemauan yang kuat tidak banyak berarti apabila dalam menuntut ilmu tidak dengan kesungguhan dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. بُلْغَةٌ artinya perbekalan yang cukup Kesungguhan menuntut ilmu membuat keniscayaan memerlukan biaya, bagi yang memang hendak menuntut ilmu maka perlu dipersiapkan perbekalan yang memadai. Entah biaya transportasi, uang SPP, dana untuk penelitian, membeli buku dan peralatan maupun ragat membayar guru dan gaji tempat belajar seperti pada sekolah swasta yang relatif tidak murah. Jika perbekalan kurang mencukupi maka proses pencarian ilmu bisa terganggu dan tersendat. صُحْبَةُ أُسْتَاذٍ artinya kedekatan dengan guru Untuk mencapai keilmuan yang bagus maka salah satu cara tercepat yaitu dengan belajar kepada ahlinya. Dengan sering berkumpul dan banyak menemani guru alias sang ahli dalam bidang yang kita pelajari bisa memaksimalkan potensi transfer keilmuan kepada anda. Kira-kira Seperti dalam lagu milik Cak Nun Emha Ainun Najib yang berjudul “tombo ati” dalam rangkaian kalimat wong kang soleh kumpulono dan berkumpullah dengan orang yang soleh. طُوْلُ زَمَانٍ artinya waktu yang lama Apabila memang berniat sungguh sungguh dalam menuntut ilmu maka tidak hanya cukup dalam sehari dua hari seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, akan tetapi bertahun tahun. Begitulah informasi tentang syarat menuntut ilmu yang berjumlah 6 menurut Imam Syafi’i yang tertuang dalam kata mutiara mahfudzot arab yang dilengkapi tulisan latin teks arab dan terjemah bahasa wa rahmatullahi wa barakaatuh.
2 Pada bait kedua Imam Syafi'i menyebutkan bahwa beliau tidak 'memandang' seseorang yang tidak 'memandangnya', maksudnya adalah beliau tidak akan menghormati orang yang tidak bisa menghormati orang lain. 1 komentar untuk "Mahfudzot Kelas 4 KMI Gontor Beserta Arti dan Penjelasannya (6)" Unknown 12/4/22 09:36. Alhamdulillah SyukronJAKARTA - Imam Syafi'i merupakan salah satu ulama kelahiran Palestina yang memiliki peran penting dalam sejarah pemikiran Islam. Dia dilahirkan di Ghaza pada pada 150 Hijriyah dan meninggal dunia di Fusthat, Mesir, pada 204 Hijriyah atau 819 Masehi. Dialah sang peletak dasar mazhab fikih Syafii, salah satu dari empat mazhab yang dianut kalangan ahlus sunnah wa al-jama'ah Aswaja. Selain itu, Imam Syafii juga seorang sastrawan dan penyair. Telah banyak karyanya yang dijadikan buku. Setiap syair-syair atau kata-kata Imam Syafii selalu mempunyai makna bijak yang bisa menjadi diteladani umat Islam. Dalam buku berjudul Mahfudzhat yang disusun oleh tim Rene Islam mengutip salah satu syair pujian Imam Syafi’i tentang merantau. Berikut syair Imam Syafi’i yang ditulisnya dalam bahasa Arab. ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ مِن راحَةٍ فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِبِ سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ وَاِنصَب فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ إِن ساحَ طابَ وَإِن لَم يَجرِ لَم يَطِبِ وَالأُسدُ لَولا فِراقُ الأَرضِ مااِفتَرَسَت وَالسَهمُ لَولا فِراقُ القَوسِ لَم يُصِبِ وَالشَمسُ لَو وَقَفَت في الفُلكِ دائِمَةً لَمَلَّها الناسُ مِن عُجمٍ وَمِن عَرَبِ وَالتِبرُ كَالتُربِ مُلقىً في أَماكِنِهِ وَالعودُ في أَرضِهِ نَوعٌ مِنَ الحَطَبِ Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah Bepergianlah, kau akan mendapat ganti orang yang kau tinggalkan Berusahalah, karena nikmatnya hidup ada dalam usaha Sungguh, aku melihat air yang tidak mengalir pasti kotor Air akan bersih jika mengalir, dan akan kotor jika menggenang Kalau tidak keluar dari sarangnya, singa tak akan mendapatkan mangsa Kalau tidak meleset dari busurnya, anak panah tak akan mengenai sasaran Matahari kalau berada di porosnya selamanya Niscaya semua orang, baik Arab maupun non-Arab pasti bosan Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah MazhabSyafi'i (bahasa Arab: الشافعية, translit. al-syāfi'īyah ) adalah mazhab fikih dalam Sunni yang dicetuskan oleh Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi'i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi'i pada awal abad ke-9. Mazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir selatan, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Kurdistan, Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina, pantai En ligne Hors ligne °C Al-Iqama dans Adhan Essalatu khayrun mina ennawm Salat Al-Aïd Chourouk Imsak dans Jumua Fajr Dhuhr Asr Maghrib Isha Demikianlahsembilan nasehat Imam Syafi'i yang patut direnungkan diimplementasikan untuk perbaikan hidup kita masing-masing. Dengan begitu diharapkan bahwa kita bisa menjalani hidup ini dengan bahagia dan sejahtera yang mudah-mudahnya bisa menjadi ladang kita untuk meraih kebagiaam yang haqiqi di akhirat. Utamanya dewasa ini kita merasakan لِلإِمَامِ الشَافِعِي المُتَوَفَّى سنة ٢۰٤ هـ فيِ الحِكَمِ Kata Imam Syafii Wafat 204H Tentang Hikmah دَعِ الأَيَّامَ تَفْعَلُ مَا تَشَــاءُ وَطِبْ نَفْسًا إِذَا حَكَمَ القَضَاءُ وَلَا تَجْزَعْ لِحَـادِثَةِ اللَّيَالِيْ فَمَا لِحَوَادِثِ الدُنْيَا بَقَــاءُ وَكُنْ رَجُلًا عَلَى الأَهْوَالِ جَلْدًا وَشِيْمَتُكَ السَمَاحَةُ وَالسَخَاءُ وَ لَا حُزْنٌ يَدُوْمُ وَلَا سُرُوْرُ وَلَا عُسْرٌ عَلَيْكَ وَلَا رَخَـاءُ إِذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُـوْعٍ فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُنْيَـا سَوَاءُ وَمَنْ نَزَلَتْ بِسَـاحَتِهِ المَنَايَا فَلَا أَرْضٌ تَقِيْهِ وَلَا سَمَـاءُ Terjemahan Biarkanlah hari-hari berbuat sesukanya. Tetap tenanglah bila takdir telah berlaku. Janganlah sedih dengan berbagai kejadian dunia. Karena semua kejadian di dunia tidaklah kekal abadi. Jadilah orang yang tegar menghadapi berbagai kesulitan. Dengan perilakumu yang penuh toleransi dan dermawan. Tak ada kesedihan yang terus berkelanjutan, dan begitu pula kesenangan. Tiada pula kesulitan selalu mendatangimu, dan begitu pula kemudahan. Ketika engkau sudah memiliki hati yang penuh rasa Qana’ah. Maka engkau dan raja dunia sama saja. Barang siapa yang ajalnya telah datang menjemput, tidaklah bumi dapat melindunginya, dan tidak pula langit. Syarah / Penjelasan dan Kesimpulan 1. Kita hendaknya selalu berusaha semampu kita, kemudian bertawakkal kepada Allah. Dan hendaknya kita tidak menyalahkan segala hal yang terjadi di muka bumi ini, karena takdir tidaklah berada di tangan kita, tugas kita hanyalah berusaha. 2. Selain itu hendaknya kita tidak terlalu berkeluh kesah atas segala hal yang terjadi karena semua hal yang terjadi di dunia ini tidaklah kekal abadi, waktu akan terus berputar, dan hendaknya kita yakin bahwa akan datang kemudahan setelah kesulitan, dan juga kesulitan setelah kemudahan. 3. Adapun jika kita sudah berhasil menjadi orang sabar dan tangguh atas segala musibah, maka hendaklah kita mempertahankan hal itu, dan hendaklah kita menolong orang lain yang masih mengalami kesulitan. 4. Kita harus selalu tegar dalam keadaan apapun, baik senang maupun susah. Janganlah terlalu berbahagia tatkala senang, dan jangan pula terlalu sedih tatkala susah, karena segala hal di dunia ini datang silih berganti seiring bergantinya hari demi hari. 5. Hendaknya kita memiliki sikap Qana’ah sebagai tanda ridhamu terhadap segala keputusan Allah. Jika kita sudah berhasil memiliki sikap Qanaah ini, maka kita akan menjadi laksana raja, karena dengan sifat Qanaah ini kita akan benar-benar merdeka dan tidak akan bergantung kepada orang lain lagi. 6. Demikianlah keadaan hidup kita di dunia ini, segala sesuatu berjalan atas kehendak Allah. Maka jika telah datang masanya ajal menjemput seorang anak manusia, tak akan ada lagi tempat bersembunyi baginya, baik di bumi maupun di langit sekalipun. Maka hendaklah kita semua mempersiapkan datangnya kematian kita dengan banyak beribadah. lZqt4N.